Pengikut

About Us

Foto saya
yang memiliki blog ini adalah Haifa Madina, Padlia Miftahul Jannah dan Dhimas Mahardhika
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Tarian Caci

Postingan kali ini akan memaparkan salah satu kebudayaan khas di Kabupaten Manggarai, dikutip dari beberapa referensi budaya. Kebudayaan ini dikenal dengan nama “Caci”. Caci dikenal sebagai tarian khas dari kabupaten Manggarai, tapi Caci bahkan lebih dari sekedar tarian. Kenapa?? Ayo simak paparan berikut:

Caci. Ritual pertarungan cambuk, merupakan unsur utama dari identitas budaya manggarai.Memberikan keunikan yang mengandung nilai estetika tersendiri bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Caci dimainkan oleh 2 orang pria (yang ceritanya saling bermusuhan) , biasanya salah satu bertandang dari desa yang berbeda untuk bersaing. Dalam caci ada pihak yang memukul (paki) lawannya dengan menggunakan larik (pecut) atau tali terbuat dari kulit kerbau yang sudah kering dan lawan yang dipukul menangkis (ta'ang) dengan menggunakan Nggiling (perisai, juga terbuat dari kulit kerbau) dan busur yang terbuat dari bambu. Memukul dilakukan secara bergantian.

Tarian caci yang secara bebas diartikan menguji (ketangkasan) satu lawan satu, biasanya hanya dipentaskan dalam acara khusus, seperti upacara penting  atau hang woja (syukuran hasil panen), penyambutan tamu kehormatan atau upacara-upacara adat lainnya, seperti paca wina (belis). Juga untuk memeriahkan pentahbisan imam dan sebagainya. Biasanya, pertarungan caci dilakukan antar desa/kampung. Bagi orang Manggarai, pementasan caci merupakan pesta besar dimana desa penyelenggara memotong kerbau beberapa ekor untuk makanan para peserta atau siapa pun yang me- nyaksikan caci, secara gratis. 

Dalam budaya Manggarai, tarian caci membawa simbol pertobatan manusia dalam hidup. Nama Caci sendiri bersal dari dua kata yaitu ”Ca” yang berarti satu dan ”Ci” artinya uji. Jadi, Caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah. Tidak semua orang Manggarai layak menjadi peserta Caci. Selain harus pria, persyaratan lain adalah harus mahir memukul lawan, terampil menangkis serangan, luwes menari, merdu menyanyikan lagu daerah, dan berbadan atletis. 

Pertunjukan tarian Caci dibuka dengan tarian Danding atau biasa disebut Tandak Manggarai. Tarian ini dimainkan oleh perempuan dan laki-laki yang membentuk lingkaran. Gerakan penari Danding lebih mirip tari Vera atau tari Sanda Lima. Biasanya penari mendendangkan lagu dengan larik yang memompakan semangat para pemain Caci saat bertanding. Sebelum bertarung, pemain Caci akan melakukan pemanasan otot. Masing-masing pemain menggerakkan badanya mirip gerakan kuda.
Sambil menari, pemain Caci menyanyikan lagu daerah untuk menantang lawannya. Pertarungan Caci dilakukan oleh dua kelompok, yang masing-masing terdiri dari delapan pemain. Setiap peserta mendapat kesempatan pertama sebagai pemukul, dan selanjutnya bertindak menjadi penangkis serangan. Dengan lincah si penyerang akan menghentakkan pecutnya ke tubuh lawan. Sementara si lawan akan menangkis sabetan pecut. Jika kena, tampak garis merah atau luka memanjang tipis. Luka ini sebagai pembukti bahwa penyerang berhasil. Semua pemain beresiko terkena sabetan pecut.

Caci mengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Namun dalam caci, keperkasaan tidak harus dilakoni lewat kekerasan namun juga lewat kelembutan yang ditunjukkan dalam gerakan-gerakan yang bernuansa seni. Tarian Caci diiringi bunyi gendang dan gong serta nyanyian para pendukungnya. 
Pihak yang memukul tidak harus mendapat giliran menangkis. Posisinya bisa diganti orang lain. Pihak lawan biasanya tidak memprotes. Di sini terlihat aspek lain yakni kerelaan untuk berkorban. Semuanya dihayati dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan.

Bagian badan yang boleh dipukuli meliputi bagian pusar ke atas hingga wajah. Seorang penari caci dinyatakan kalah bila pukulan larik mengenai bagian wajah hingga luka atau berdarah. Jika ini terjadi maka penari bersangkutan harus diberhentikan.
Permainan Caci dijadikan pelajaran berharga bagi anggota suku Manggarai dalam mengendalikan emosi. Pasalnya, meski saling mencambuk dan biasanya bakal terluka  sopan santun dalam gerakan di arena, ucapan, dan hormat kepada lawan selalu dijaga para pemainnya.

Semua itu dijadikan kebanggaan tersendiri buat masyarakat suku Manggarai. Sebab, lewat semua ritual tadi, mereka ditempa untuk selalu bersyukur dan mau saling menjaga ketenangan batin dan keharmonisan antarwarga Manggarai.


Sekilas Cerita Tentang Asal Tarian Caci
Cerita Kakak dan Adik

Diceritakan, pada jaman dahulu hiduplah seorang kakak bersama adiknya di sebuah kawasan di Manggarai. Keduanya merupakan anak yatim piatu, namun mereka memiliki satu ekor kerbau (ka'ba).
Suatu ketika, kakak dan adik ini berjalan-jalan di hutan sambil mengembalakan kerbau. Dan saat jalan-jalan itu, sang adik tanpa sengaja terperosok ke dalam sebuah lubang. Sang adik pun langsung berteriak minta tolong pada sang kakak, dan saat yang bersamaan sang kakak pun langsung berusaha menolong sang adik.

Cara yang dilakukan adalah mencari tali untuk membantu mengeluarkan sang adik dari dalam lubang. Upaya itu tidak berhasil karena sang adik selalu gagal dikeluarkan dari dalam lubang karena tali tidak bisa dijangkau oleh sang adik. Saat berusaha menolong sang adik, sang kakak mengatakan asa nana? (sudah?) dan sang adik menjawab toe di (belum).

Karena kecintaan yang begitu besar pada sang adik, sang kakak kemudian rela menyembeli kerbau satu- satunya milik mereka. Ekor kerbau kemudian dijadikan tali untuk mengeluarkan sang adik. Upaya ini berhasil mengeluarkan sang adik dari lubang.

Karena rasa bahagia itu, kedua kakak beradik ini kemudian momotong kerbau. Daging kerbau dimakan, sementara kulit kerbau ini dijadikan perisai.

Sebagai rasa suka cita, kedua kakak beradik ini saling adu ketangkasan memukul dengan tali dari kulit kerbau.

Kulit kerbau tersebut digunakan untuk alas dada (bik/semacam body protector) dan perisai (giliq), tali (larik) yang kemudian digunakan sebagai cambuk serta pelindung kepala (pangga).

Setelah kakak dan adik membuat dan memasang berbagai properti tersebut ke tubuh mereka, keduanya bertarung dengan senang. Selanjutnya tradisi ini diberi nama caci.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar