Pengikut

About Us

Foto saya
yang memiliki blog ini adalah Haifa Madina, Padlia Miftahul Jannah dan Dhimas Mahardhika
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pasola dan Upacara Adat Reba

Pasola
Permainan perang-perangan pemersatu masyarakat Sumba

Pasola adalah permainan perang dua kelompok pasukan berkuda yang saling melempar lembing (tombak kayu) di sebuah padang savana. Menurut cerita setempat tradisi ini laihir dari kisah percintaan janda cantik bernama Rabu Kaba. Konon sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah isteri sah dari Umbu Dula, satu dari tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang. Rabu Kaba menjadi janda karena mengira suami beserta dua saudaranya meninggal saat melaut.
Pengendara Kuda Pasola. Foto: amazingindonesia.net
Rabu Kabua kemudian menikah kembali dengan seorang pemuda tampan dari Kampung Kodi bernama Teda Gaiparona. Suami dan dua saudara Rabu Kaba yang ternyata belum meninggal mendapati isteri Umbu Dula sudah kawin lari dengan orang lain. Untuk mereka bisa terus menikah bersama, Teda Gaiparona harus memberikan pertanggung jawaban. Seusai menyelesaikan perselisihan, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola. Dengan demikian diharapkan dendam kedua kampung dapat dilepaskan dengan permainan perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing di atas kuda.
Permainan Pasola biasanya diadakan sebagai puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu semacam upacara untuk meminta restu dari para dewa dan leluhur supaya panen tahun itu berhasil. Waktu penyelenggaraan Pasola bergantung pada perhitungan hari para tetua adat yang rupanya tidak pernah meleset. Salah satu tanda ketepatan itu adalah pada setiap penyelenggaraan Pasola, di pantai selalu sedang terdapat banyak cacing laut.
Pasola memiliki nilai sakral karena adanya ritual-ritual yang harus dilakukan oleh para tetua adat terhadap para peserta sekaligus ritual permohonan restu. Selain nilai sakralnya, Pasola juga merupakan elemen pemersatu masyarakat Sumba. Permainan Pasola diselenggarakan di empat kampung di Kabupaten Sumba Barat yaitu Kampung Kodi, Laboya, Wanokaka, dan Gaura.

Upacara Adat Reba
Gabungan upacara adat dan agama di Kab. Ngada

Upacara Adat Reba diselenggarakan khususnya di beberapa daerah di Kabupaten Ngada, NTT. Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan rasa terima kasih terhadap jasa para leluhur. Upacara ini diadakan setiap tahun baru tepatnya di bulan Januari atau Februari dengan hidangan utama berupa ubi. Bagi warga Ngada ubi diagungkan sebagai sumber makanan yang tidak pernah habis disediakan oleh bumi.
Selama upacara diselenggarakan tarian dengan penari menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang di bagian ujungnya dihiasi bulu kambing warna putih (tuba). Sebagai pengiring tarian adalah alat musik bergesek berdawai tunggal yang terbuat dari tempurung kelapa atau labu hutan.
Upacara adat Reba biasanya diselenggarakan selama tiga sampai empat hari. Sebelum upacara tari-tarian dan nyanyian diadakan misa inkulturasi di gereja yang dipimpin seorang pater atau romo. Upacara ini memang memadukan unsur adat dengan agama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar